Picture
NEWCASTLE DISEASE (ND)

PENDAHULUAN            
            Newcastle disease (ND) atau disebut juga tetelo, cekak, pseudovogelpest, pseudo fowlplaque atau avian pneumo encephalitis adalah penyakit infeksius menular yang sampai sekarang masih merupakan masalah yang menduduki urutan yang paling atas dalam menimbulkan kematian pada ternak ayam baik ras maupun kampung.
            Newcastle disease pertama kali ditemukan pada tahun 1926 di Indonesia oleh Kranevelt. Doyle memberi nama Newcastle disease yang berasal dari kata “Newcastle on Tyne” (daerah di Inggris) yang terjangkit serupa di Indonesia. Penemuan Doyle dipublikasikan melalui British Veterinary. Saat ini penyakit telah tersebar secara luas dibeberapa bagian dunia. Kerugian yang ditimbulkan penyakit ini adalah kematian yang tinggi, penurunan produksi serta kualitas telur dan pertumbuhan terhambat.

PENYEBAB PENYAKIT            
            Newcastle disease disebabkan oleh virus golongan paramyxo yang mempunyai struktur RNA, virus ini bersifat menggumpalkan (haemagglutinasi) sel-sel darah merah ayam.
            Tergantung tingkat keganasannya, virus penyebab Newcastle disease terbagi menjadi 4 (empat) strain yaitu strain velogenik type Asia, strain velogenik type Amerika, strain mezogenik (misalnya Kumarov, Mutkeswar, Roikin) dan strain lentogenik (misalnya La Sota, B1, F). Virus ini mudah dibunuh dengan desinfectan. Di kandang tanpa sinar matahari langsung tahan berminggu-minggu. Dari segi serotipe hanya terdapat satu macam serotipe. Atas dasar kesamaan serotipe ini maka vaksin dari suatu negara dapat dipergunakan di negara-negara lain.
            Masa inkubasi bervariasi, di Indonesia yang umum menyerang adalah strain velogenik tipe Asia, masa inkubasi 2 – 4 hari sedang untuk strain velogenik tipe Amerika masa inkubasi 5 – 6 hari.
            Infeksi oleh virus penyebab Newcastle disease di alam yang tidak menyebabkan kematian akan menimbulkan kekebalan selama 6 – 12 bulan, demikian juga halnya kekebalan yang diperoleh dari vaksinasi.

GEJALA PENYAKIT            
            Masa  inkubasi  bervariasi dan rata-rata 5 – 6 hari. Penyakit berjalan hingga 14 – 16 hari sesuai dengan tingkat keganasan virus yang menulari/menginfeksi, gejala penyakit yang timbul bermacam-macam. Umumnya mula-mula terjadi gangguan pernafasan yang terlihat dengan adanya batuk-batuk, ngorok, megap-megap, nafsu makan hilang, minum lebih banyak dan berkumpul pada tempat yang hangat. Satu sampai dua hari setelah gejala tersebut muncul gangguan saraf, dimana terlihat kaki lumpuh, jalan diseret dan tanda-tanda yang khas adalah leher terpuntir dan berjalan berputar-putar. Mortalitas sangat tinggi, pada broiler dapat menyebabkan berat badan optimal tidak tercapai saat panen. Pada ayam telur produksi telur sangat menurun dapat mencapai 0% dan kulit telur menjadi rapuh sehingga mudah pecah, bentuk telur menjadi berubah dan daya tetas telur sangat rendah.
            Kantung hawa menjadi keruh, Proventriculus mengalami perdarahan (haemorrhagie) yang berubah bintik-bintik perdarahan (ptechiae). Perubahan ini bersifat “pathognomosis”.
            Pada usus dapat terjadi enteritis dan nekrosa, eksudat kental dan berwarna kehijauan bercampur darah. Pada saluran pernafasan akan didapatkan peradangan di sinus hidung, trachea, laryng dan juga pneumonia. Eksudat yang bersifat katarrhalis sampai mucopurulent dapat ditemukan pada saluran pernafasan. Patologi anatomi yang terjadi pada saluran pernafasan tidak khas untuk penyakit Newcastle disease saja. Pada susunan saraf dan otak dapat ditemukan degenerasi dan nekrosa otak. Pada ayam petelur yang sedang berproduksi dapat ditemukan calon kuning telur yang mengalami perdarahan. Calon kuning telur bentuknya menjadi tidak teratur. Kadang-kadang ada calon kuning telur yang pecah di rongga perut.

DIAGNOSA LABORATORIUM DAN DIAGNOSA BANDING
  1. Isolasi dan identifikasi virus penyebab penyakit
  2. Pemeriksaan serologik :
  • Fluorescence Antibody Test (FAT)
  • HA-HI test
  • Serum Netralisasi Test
            Newcastle disease sering dikelirukan dengan infectious bronchitis, infectious laryngotracheitis, chronic respiratory disease dan avian encephalomyelitis.

PENULARAN PENYAKIT
            Newcastle disease dapat menular secarakontak langsung dari ayam yang sakit, melalui alat-alat yang tercemar bibit penyakit, melalui udara, manusia, binatang peliharaan serta hewan liar.

PENGENDALIAN PENYAKIT
1. Pengobatan
        Belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkan penyakit Newcastle disease. Untuk mengurangi kematian, bagi seluruh ayam yang belum menunjukkan adanya gangguan, diberikan penerangan tambahan, perbaiki keadaan alas lantai sehingga alas lantai kering.
        Lakukan revaksinasi dengan vaksin Delvax ND Clone LZ 58 dengan cara spray, tetes mata atau suntikan. Berikan Bita Stress dalam air minum.
2.      Pencegahan
  1. Vaksinasi Newcastle disease secara teratur sesuai dengan petunjuk pembuat vaksin
  2. Melakukan sanitasi kandang dan lingkungan termasuk mencegah banyak tamu dan hewan liar masuk kandang
  3. Usaha peternakan dikelola dengan baik sehingga memungkinkan suasana nyaman bagi ayam, antara lain jumlah ayam pada suatu luasan kandang tidak terlalu padat, ventilasi kandang cukup dan sedapat mungkin dilakukan sistim “all in all out”

PROGRAM VAKSINASI ND
            Vaksin aktif Delvax ND Hitchner B1, Delvax ND Clone LZ 58, Delvax ND La Sota dan vaksin inaktif Delvax ND Emulsion buatan Mycofarm BV dapat menolong usaha peternak mencegah Newcastle disease.



INFECTIOUS BRONCHITIS (IB)

PENDAHULUAN
            Infectious bronchitis  adalah penyakit infeksius yang sangat menular disebabkan oleh virus. Penyakit ini menimbulkan gangguan terutama pada saluran pernafasan ayam. Penyakit ini pada ayam petelur mengakibatkan penurunan produksi dan kwalitas telur. Juga pada ayam muda yang berhasil sembuh dari penyakit Infectious bronchitis, pertumbuhannya menjadi terhambat.

PENYEBAB PENYAKIT
            Infectious bronchitis disebabkan oleh virus yang masuk golongan Corona virus dan mempunyai struktur RNA. Dikenal sedikitnya 8 serotipe virus ini yaitu Massachusetts, Connecticut, Georgia, Delaware, lowa 97, lowa 69, New Hampshire dan Australian T.
            Kekebalan silang yang terjadi diantara serotipe tidak cukup untuk melindungi tubuh ayam terhadap infeksi virus alam. Mengingat banyaknya serotipe virus dan kekebalan silang seperti tersebut di atas maka untuk keberhasilan vaksinasi, harus digunakan vaksin yang mengandung serotipe virus yang ada di daerah dimana akan dilakukan vaksinasi.

GEJALA PENYAKIT
            Penyakit menular dengan sangat cepat, dalam waktu dua sampai tiga hari, sebagian besar atau seluruh ayam muda dalam satu kandang bisa menjadi sakit. Gangguan yang dapat dilihat adalah keluar lendir dari hidung, sesak nafas, terdengar suara ngorok, mata terlihat selalu basah, sudut mata medial melebar dan selaput niktitan berwarna merah, nafsu makan dan minum menurun.
            Pada ayam dewasa akan terdengar suara ngorok waktu bernafas, produksi telur menurun antara 10 – 50%. Penurunan produksi kadang-kadang terjadi dalam jangka waktu yang sangat lama dan bahkan tingkat produksi ayam normal. Kwalitas telur menjadi rendah karena telur bentuknya tidak normal, kerabang kasar atau lunak. Putih telur kental menjadi sangat cair sehingga tidak dapat dibedakan dengan putih telur cair. Daya tetas telur menurun.
            Jika diadakan bedah bangkai akan tampak kelainan pada saluran pernafasan, kantung hawa, ovarium dan kadang-kadang pada ginjal. Perubahan saluran pernafasan yaitu pada trachea, bronchi dan rongga hidung ditemukan lendir yang bersifat serosa. Pada trachea selaput lendirnya menjadi kemerahan. Kantung hawa menjadi keruh dan ada bagian-bagian yang menebal (cloudyswelling). Pada layer ovarium menjadi lemah dan lunak. Seringkali ditemukan kuning telur pecah didalam rongga perut sehingga akan terjadi peradangan pada peritonium. Pada ginjal akan ditemukan perubahan yang khas yaitu pembengkakan disertai pengendapan asam urat.
            Jika ayam penderita infectious bronchitis terserang CRD, keadaan penyakit menjadi lebih parah dan menjadi penyakit saluran pernafasan yang tidak sembuh-sembuh. Pada keadaan ini komplikasi dengan E.coli mudah terjadi dan memperparah keadaan.

PENULARAN PENYAKIT
            Penyakit menular dalam waktu yang sangat singkat. Dalam jangka waktu 2–3 hari  sebagian  besar atau seluruh ayam dalam satu kandang menjadi sakit. Masa inkubasi 18 – 36 jam. Infectious bronchitis merupakan penyakit yang paling menular diantara penyakit menular unggas lainnya.
            Penularan tidak terjadi melalui telur, sumber penularan adalah ayam yang sakit, virus keluar dari tubuh ayam sakit bersama partikel-partikel kecil lendir yang dibatukkan atau lendir yang dikeluarkan dari mata/lubang hidung. Penularan terjadi secara langsung dimana ayam sehat menghirup udara yang mengandung partikel virus. Penularan juga dapat terjadi secara tidak langsung yaitu jika virus yang mencemari petugas kandang, peralatan kandang, ayam liar/hewan lainnya masuk ke dalam tubuh ayam sehat melalui saluran pencernaan atau pernafasannya.

DIAGNOSA LABORATORIUM DAN DIAGNOSA BANDING
  • Fluorescent Antibody Test
  • Uji netralisasi serum
            Infectious bronchitis sering dikelirukan dengan Newcastle disease, infectious laryngotracheitis, CRD atau snot.
 
PENGENDALIAN PENYAKIT
1.     Pengobatan
        Belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkan infectious bronchitis. Usaha yang dapat dilakukan adalah membuat kondisi badan ayam cepat membaik dan merangsang nafsu makannya dengan memberikan Vita Stress dan mencegah infeksi sekunder dengan Therapy atau Doxyvet. Dapat pula diberikan pemanasan tambahan pada kandang.

2.      Pencegahan
  1. Vaksinasi infectious bronchitis secara teratur sesuai dengan petunjuk pembuat vaksin
  2. Melakukan sanitasi kandang dan lingkungan termasuk mencegah banyak tamu dan hewan liar masuk kandang
  3. Usaha peternakan dikelola dengan baik sehingga memungkinkan suasana nyaman bagi ayam, antara lain : jumlah ayam pada suatu luasan kandang tidak terlalu padat, ventilasi kandang cukup dan sedapat mungkin dilakukan sistem “all in all out”


GUMBORO DISEASE (IBD)

PENDAHULUAN
            Gumboro disease disebut juga infectious avian nephrosis, infectious bursal disease (IBD) atau disebut penyakit gumboro, adalah suatu penyakit infeksius yang menular disebabkan oleh virus. Penyakit ini menumbulkan gangguan pada alat-alat tubuh pembentuk kekebalan terutama bursa fabricius, sehingga ayam mudah terserang penyakit lainnya.
            Penyakit gumboro pertama kali dikenal di wilayah Gumboro, Delaware, Amerika Serikat pada tahun 1950. Saat ini gumboro sudah tersebar luas di seluruh dunia termasuk Indonesia. Pada ayam dewasa kerugian ekonomi akibat gumboro tidak begitu berarti. Serangan penyakit gumboro pada anak ayam menyebabkan kerusakan bursa fabricius, sehingga mengalami penghambatan dalam membentuk zat kebal. Akibatnya ayam mudah terserang penyakit lainnya.

PENYEBAB PENYAKIT
            Penyakit gumboro disebabkan oleh virus golongan Reovirus dan mempunyai struktur RNA. Di luar tubuh ayam, virus tahan hidup lebih dari 3 bulan dan masih bersifat infektif. Virus ini relatif tahan terhadap ether, khloroform, tripsin dan pada pH rendah. Virus sangat peka terhadap formalin dan larutan yodium.

GEJALA PENYAKIT
            Penyakit sering kronis tetapi kadang-kadang akut. Penyakit diawali dengan hilangnya nafsu makan, kemudian disusul dengan kelemahan, inkoordinasi (gerakan tak terkendali), peradangan di sekitar dubur dan terjadi diare berair yang disertai keadaan gemetar. Penyakit terjadi secara tiba-tiba, sering menyerang pada ayam pedaging umur 3 – 6 minggu. Pada ayam telur lebih sering menyerang ayam umur kurang dari 12 minggu. Jumlah kematian berkisar antara 5 – 20%, tergantung dari umur ayam, semakin tua ayam angka sakit dan kematian cenderung menurun.
            Pada ayam yang mati karena penyakit gumboro, jika dilakukan bedah bangkai dapat ditemukan perubahan pada bursa fabricius. Ginjal membengkak dan warnanya berubah karena nephrosis. Pembendungan hati dan seringkali didapatkan perdarahan pada otot tubuh yang berupa garis-garis. Pada keadaan kronis bursa fabricius mengalami atropi sehingga ukurannya sangat kecil.

PENULARAN PENYAKIT
            Pada umumnya penyakit gumboro menular secara langsung dari tinja atau bahan-bahan muntahan yang mengandung virus aktif. Juga penularan  terjadi secara tidak langsung melalui makanan, minuman atau peralatan kandang yang tercemar.

DIAGNOSA LABORATORIUM DAN DIAGNOSA BANDING
  • Isolasi dan identifikasi virus
  • Agar Gel Presipitasi
            Penyakit gumboro seringkali dikacaukan dengan penyakit inclusion body hepatitis dan fatty liver syndrome yang disertai kidney syndrome.

PENGENDALIAN PENYAKIT
1.     Pengobatan
        Tidak ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit gumboro. Tindakan yang dapat dilakukan adalah mengusahakan supaya kondisi badan cepat membaik, nafsu makan dirangsang dengan memberikan Vita Stress dan infeksi sekunder dicegah dengan Tetra-Chlor atau Therapy. Berikan penerangan tambahan pada kandang.

2.      Pencegahan
  1. Vaksinasi penyakit gumboro secara teratur sesuai dengan petunjuk pembuat vaksin
  2. Melakukan sanitasi kandang dan lingkungan termasuk mencegah banyak tamu dan hewan liar masuk kandang
  3. Usaha peternakan dikelola dengan baik sehingga memungkinkan suasana bagi ayam, antara lain : jumlah ayam pada suatu luasan kandang tidak terlalu padat. Ventilasi kandang cukup dan sedapat mungkin dilakukan sistem “all in all out”

Vaksinasi dengan Delvax Gumboro dapat dilakukan sesuai aturan sebagai berikut :
  • Anak ayam yang berasal dari breeder yang telah melakukan program vaksinasi gumboro, vaksinasi dengan Delvax Gumboro dilakukan pada umur 3 minggu
  • Anak ayam berasal dari induk yang belum divaksin gumboro, vaksinasi dilakukan pada umur antara 10 – 14 hari
  • Pada ayam bibit (parent stock), Delvax Gumboro digunakan untuk vaksinasi yang pertama pada umur 4 minggu. Vaksinasi diberikan melalui air minum.


LIMFOID LEUKOSIS (LL)

PENDAHULUAN
            Limfoid leukosis atau disebut juga visceral lymphomatosis atau big liver disease adalah salah satu penyakit tumor yang termasuk di dalam leukosis kompleks atau disebut juga limfoid sarcoma. Bentuk-bentuk lain dari leukosis kompleks tersebut adalah erythroblastosis, myetocytomatosis, osteopetrosis, nephroblastoma, fibrosarcoma dan lain-lainnya. Dari berbagai macam leukosis kompleks tersebut limfoid leukosis yang paling sering ditemukan.
            Penyakit ini merupakan penyakit infeksius yang menular, tetapi tingkat penularannya rendah disebabkan oleh virus. Seringkali terjadi sporadik terutama pada ayam umur 12 – 16 minggu sehingga jarang dijumpai pada broiler.

PENYEBAB PENYAKIT
            Limfoid leukosis disebabkan oleh virus yang termasuk Retrovirus, golongan Oncorna C yang bersifat menggertak pembentukan tumor (onkogenik). Didalam tubuh ayam, virus mengertak pembentukan antibodi yang dapat diturunkan pada anaknya (sampai umur 4 – 7 minggu).

GEJALA PENYAKIT
            Masa inkubasi 4 bulan, karena itu penyakit ini jarang ditemukan pada ayam dibawah umur 4 bulan.
            Gangguan yang muncul sangat tidak jelas yang hanya berupa penurunan nafsu makan sehingga hewan kurus dan sangat lemah, rongga perut membesar, bulu kotor karena asam urat atau zat warna empedu, pial dan jengger berwarna pucat sampai dengan kebiruan.
            Jika dilakukan bedah bangkai sering ditemukan perubahan yang khas yaitu hari menjadi sangat membesar sehingga seluruh rongga perut terisi oleh hari. Karena perubahan pada hati tersebut penyakit ini juga disebut big liver disease. Perubahan lain adalah adanya tumor yang ditemukan pada berbagai alat tubuh pada ayam yang berumur 4 bulan yaitu pada hati, limpa, bursa fabricius, ginjal, paru-paru, indung telur, jantung, sumsum tulang dan messenterium. Besar tumor dan jumlah alat tubuh yang terserang sangat bervariasi tetapi paling sering ditemukan pada hati dan limpa.
            Jika bagian tumor diperiksa secara mikroskopik tampak bahwa tumor tersusun dari kumpulan sel limfoid yang besar. Besar sel ini bervariasi tetapi semuanya merupakan sel dalam stadium pertumbuhan yang primitif. Tumor pada limfoid leukosis bersifat fokal dan multisentrik.

PENULARAN PENYAKIT
            Penularan dapat terjadi baik dengan cara vertikal maupun horisontal. Penularan vertikal terjadi melalui telur dan cara ini adalah yang terpenting untuk diperhatikan. Penularan horisontal terjadi baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Virus dikeluarkan oleh ayam sakit melalui tinja dan saliva (air liur).

DIAGNOSA LABORATORIUM DAN DIAGNOSA BANDING
  • Isolasi dan identifikasi virus
  • Pemeriksaan histopatologi
  • Complement Fixation for Avian Leucocis (COFAL)
Limfoid leukosis sering dikelirukan dengan penyakit Marek.

PENGENDALIAN PENYAKIT
Pencegahan
        Satu-satunya cara pencegahan adalah dengan membeli ayam galur Specifik Pathogenic Free dan memeliharanya pada kandang serta lingkungan yang bebas terhadap virus penyebab limfoid leukosis, tetapi ini sangat mahal, vaksin untuk penyakit ini belum ditemukan.



EGG – DROP SYNDROME – 1976 (EDS – 76)

PENDAHULUAN
            Egg-Drop Syndrome adalah suatu penyakit pada ayam yang ditandai hanya dengan adanya penurunan kualitas dan produksi telur. Penyakit ini baru ditemukan pada tahun 1976 sehingga disebut Egg-Drop Syndrome – 1976 (atau disingkat EDS-76). Egg-Drop Syndrome – 1976 yang disebabkan oleh virus, saat ini telah tersebar luas di dunia termasuk Indonesia. EDS – 76 dicurigai terjadi di suatu peternakan jika terjadi penurunan produksi dan kualitas telur pada ayam-ayam yang tampak sehat.

PENYEBAB PENYAKIT
            EDS – 76 disebabkan oleh virus golongan Adenovirus. Virus tersebut bersifat mengaglutinasikan sel-sel darah merah unggas. Virus tahan terhadap ether, chloroform dan temperatur 50oC.

GEJALA PENYAKIT
            Penyakit sering terjadi pada ayam umur 25 – 26 minggu. Ayam tetap nampak sehat, tidak memperlihatkan gejala sakit kecuali terdapat penurunan produksi yang sangat menyolok disertai penurunan kualitas telur. Biasanya makin besar penurunan produksi makin rendah pula kualitas telur. Perubahan kualitas telur seringkali bersamaan dengan penurunan produksi, tetapi adakalanya kualitas telur rendah terjadi mendahului penurunan produksi. Warna kulit telur berubah dan telur mengecil disamping ada juga telur yang berkulit lembek. Produksi telur menurun sebesar 20-40% selama 6 – 8 minggu atau 10 minggu. Telur-telur yang menyimpang dari bentuk normal mengalami penurunan daya tunas dan dan daya tetas telur, tetapi pada telur yang bentuknya normal daya tunas dan daya tetas tidak mengalami gangguan. Pada bedah bangkai ayam yang terserang EDS – 76 tidak ditemukan kelainan pada alat-alat tubuhnya, kecuali adanya peradangan ringan dan telur abnormal pada saluran telur.
 
PENULARAN PENYAKIT
            Penyakit menular secara horisontal (dari ayam satu ke ayam yang lain) maupun secara vertikal (dari turunan) baik melalui sel telur maupun melalui sperma.

DIAGNOSA LABORATORIUM DAN DIAGNOSA BANDING
  • Haemagglutination Inhibition (HI) Test
  • Fluorescent Antibody Test
  • Serum netralisasi test
  • Agar Gel Precipitation Test
  • Virus netralisasi test
EDS – 76 sering dikelirukan dengan New Castle disease dan Infectious bronchitis.

PENGENDALIAN PENYAKIT
1.     Pengobatan
        Tidak ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit EDS – 76. usaha yang dapat dilakukan adalah menjaga kondisi badan tetap baik dan meningkatkan nafsu makan dengan memberikan Vita Stress. Infeksi sekunder dicegah dengan memberikan Therapy atau Doxyvet. Dapat pula diberikan pemanasan tambahan pada kandang.
2.      Pencegahan
  1. Vaksinasi EDS – 76 secara teratur sesuai dengan petunjuk pembuat vaksin
  2. Melakukan sanitasi kandang dan lingkungan termasuk mencegah banyak tamu dan hewan liar masuk kandang
  3. Usaha peternakan dikelola dengan baiks ehingga memungkinkan suasana nyaman bagi ayam, antara lain : jumlah ayam pada suatu luasan kandang tidak terlalu padat, ventilasi kandang cukup dan sedapat mungkin dilaksanakan sistem “all in all out”.


FOWL POX

PENDAHULUAN
            Fowl pox atau disebut juga cankers, sorehead, acian dyphteria atau cacar ayam adalah penyakit cacar yang menyerang unggas terutama ayam. Penyakit ini ditemukan sejalan dengan dimulainya usaha peternakan ayam. Terdapat dua macam bentuk cacar ayam yaitu bentuk basah dan bentuk kering. Pada bentuk kering angka kesakitan dan angka kematian rendah (1 – 2%), tetapi pada bentuk basah mortalitas bisa mencapai 5%.
            Fowl pox merupakan penyakit infeksius menular yang penularannya sangat lambat. Pada ayam umumnya fowl pox menyerang saat menjelang bertelur atau pada saat bertelur yang menyebabkan penurunan produksi telur. Pada ayam pedaging menyebabkan penghambatan pertumbuhan.

PENYEBAB PENYAKIT
            Fowl pox disebabkan oleh virus yang masuk dalam famili Poxviridae, genus Avipox yang disebut virus fowl pox. Virus ini mengandung struktur DNA.
            Fowl pox pada masing-masing bangsa ynggas disebabkan oleh strain virus yang berbeda-beda, tetapi macam-macam strain virus tersebut membentuk kekebalan silang meskipun tidak sempurna. Virus fowl pox diketahui sangat immunogenik, sehingga kekebalan yang ditimbulkannya lama. Virus ini dapat tumbuh dan berkembang biak dalam sel-sel lendir. Pada keadaan kering, misalnya didalam keropeng yang terlepas dapat tahan hidup selama 3 – 4 tahun.

GEJALA PENYAKIT
            Terdapat 2 bentuk fowl pox, pertama bentuk kering yang ditandai dengan pembentukan bungkul-bungkul kecil berwarna keabu-abuan. Bungkul-bungkul ini kelihatan dengan jelas pada kulit yang tidak berbulu, lama-kelamaan bungkul membesar dan menjadi satu, akhirnya bungkul pecah dan menimbulkan keropeng. Pada bentuk basah akan ditemukan pembentukan bungkul kecil berwarna putih di daerah mukosa (saluran nafas, saluran pencernaan). Bungkul-bungkul kecil tersebut cepat membesar dan warnanya menjadi kekuning-kuningan. Jika diperhatikan maka bungkul tersebut membentuk massa seperti keju sehingga cacar bentuk  basah sering disebut sebagai bentuk difteritik. Pembentukan bungkul pada saluran pernafasan akan menyebabkan sesak nafas.

PENULARAN PENYAKIT
            Masa inkubasi 6 – 14 hari, penularan penyakit berlangsung 2 – 3 minggu. Penyakit menular secara kontak langsung dari ayam sakit ke  ayam sehat. Virus masuk ke dalam tubuh melalui kulit yang luka, kanibalisme, gigitan nyamuk atau insecta penghisap darah yang lain merupakan faktor predisposisi fowl pox. Keropeng luka yang mengandung virus merupakan sumber penularan bagi ayam sehat, baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

DIAGNOSA LABORATORIUM DAN DIAGNOSA BANDING
  • Isolasi dan identifikasi virus
  • Fluorescent Antibody Test
  • Pemeriksaan histopatologi jaringan kulit yang mengalami kelainan tampak intracytoplasmic inclution body
Bentuk fowl pox kering adalah khas tetapi bentuk fowl pox basah seringkali dikacaukan dengan penyakit korisa, infectious laryngotracheitis atau defisiensi vitamin A.

PENGENDALIAN PENYAKIT
1.      Pengobatan
         Belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkan penyakit fowl pox, terutama bentuk basah. Usaha yang dapat dilakukan adalah menjaga supaya kondisi badan cepat membaik dan meningkatkan nafsu makan dengan memberika Vita Stress. Sedangkan usaha untuk mencegah infeksi sekunder dapat dilakukan dengan memberikan Therapy atau Tetra Chlor. Pada bentuk kering dapat dioleskan Mold Stop, CIL, Anti Pick atau Neo Antisep pada luka setelah bungkul dikelupas.

2.      Pencegahan
  1. Vaksinasi fowl pox secara teratur sesuai dengan petunjuk pembuat vaksin. Vaksinasi cacar dianjurkan untuk dilakukan setelah ayam berumur 10 minggu. Vaksinasi pada umur kurang dari 10 minggu, kekebalan yang timbul tidak cukup lama sehingga harus diulang pada umur sama dengan atau lebih dari 10 minggu. Vaksinasi dilakukan dengan metode follikuler atau metode wing web. Metode follikuler dilakukan dengan cara mencabut ± 20 bulu di daerah paha. Dengan bantuan kapas bergagang (cotton swab), vaksin diusapkan pada follikel kantung bulu tersebut. Pencabutan bulu dilakukan hati-hati sehingga tidak menimbulkan luka. Vaksinasi metode wing web dilakukan dengan cara menusukkan jarum bermata dua pada daerah sayap yang tidak banyak pembuluh darahnya, setelah jarum dicelupkan ke dalam vaksin.
  2. Menjaga sanitasi kandang dan lingkungan termasuk mencegah banyak tamu dan hewan liar masuk kandang
  3. Usaha peternakan dikelola dengan baik sehingga memungkinkan suasana nyaman bagi ayam, antara lain jumlah ayam pada suatu luasan kandang tidak terlalu padat, ventilasi kandang cukup dan sedapat mungkin dilakukan sistim “all in all out”.
  4. Lingkungan kandang diusahakan tidak banyak nyamuk.


MAREK’S DISEASE

PENDAHULUAN

            Penyakit marek disebut juga fowl paralysis, neurolymphomatosis, acute leukosis atau range paralisis. Marek merupakan penyakit  infeksius yang sangat menular.
            Sering menyerang pada ayam umur antara 8 – 24 minggu, tetapi dapat juga menyerang pada ayam yang lebih muda maupun yang lebih tua. ayam yang telah sembuh dari penyakit (gejala klinis sudah tidak ada) di dalam alat tubuhnya masih ada perubahan sehingga produktivitasnya menurun. Juga ayam yang telah sembuh dari sakit bisa menjadi pembawa bibit penyakit bagi yang lain.

PENYEBAB PENYAKIT
            Penyakit marek disebabkan oleh herpes virus yang mempunyai struktur DNA.
Di alam terdapat berbagai strai virus yang mempunyai virulensi (tingkat keganasan) yang berbeda-beda, bervariasi dari yang tidak ganas (avirulent) sampai yang sangat ganas (virulent). Kekebalan dapat terjadi setelah vaksinasi atau infeksi alam.

GEJALA PENYAKIT
            Terdapat 2 macam tipe serangan marek yaitu marek tipe klasik dan marek tipe akut.
            Marek tipe klasik angka kematian rendah, kerusakan hanya terbatas pada susunan syaraf tepi. Syaraf membesar dan timbul paralisis. Paralisis syaraf menimbulkan gejala kelumpuhan, syaraf tepi yang sering terserang adalah syaraf ichiadicus di daerah kaki, syaraf brachialis di daerah sayap, syaraf vagus di daerah saluran pernafasan dan leher.
            Paralisis syaraf ichiadicus menyebabkan kelumpuhan pada kaki. Paralisis pada syaraf brachialis menyebabkan kelumpuhan pada sayap sehingga sayap terkulai. Kelumpuhan pada sayap dan kaki sering terjadi secara unilateral tetapi dapat terjadi bilateral. Paralisis syaraf vagus menyebabkan gangguan pada proses pernafasan dan kelumpuhan di daerah leher.
            Kematian dapat terjadi beberapa hari atau beberapa minggu setelah gejala tersebut muncul. Kadang-kadang ayam penderita dapat sembuh. Marek tipe akut angka kematian tinggi. Kelainan tubuh yang menonjol adalah pembentukan tumor pada berbagai alat tubuh seperti : hati, organ reproduksi, paru-paru, jantung dan ginjal. Pada tipe ini ayam yang sakit bisa mati mendadak tanpa tampak tanda-tanda sakit sebelumnya. Ayam yang lain dapat tampak sangat lesu sebelum mati dan ayam yang lain lagi tampak gejala gangguan syaraf seperti pada tipe klasik.
            Jika diadakan bedah bangkai akan tampak perubahan patologi anatomi pada syaraf perifer, beberapa atau seluruh organ visceral, syaraf menjadi membesar, menebal, striata berkurang, berwarna kuning sampai keabu-abuan dan odematous. Pembentukan tumor pada organ tubuh visceral (hati, limpa, paru-paru, jantung, ginjal dan lain-lainnya), otot, kulit dan mata. Bursa fabricius berangsur-angsur mengalami pengecilan atau kadang-kadang mengalami proses pembentukan tumor  sehingga membesar.

PENULARAN PENYAKIT
            Masa inkubasi bervariasi antara 3 – 4 minggu untuk virus yang sangat ganas (virulent) dan lebih dari beberapa bulan untuk virus yang kurang virulent.
            Epitel kulit kantung bulu yang mengandung virus menjadi sumber penularan yang utama. Penularan terjadi diantara ayam dengan cara kontak langsung ataupun secara tidak langsung. Kontak langsung terjadi jika epitel mengandung virus terisap atau termakan oleh ayam  yang lain. Kontak tidak langsung terjadi jika epitel  yang mengandung virus terdapat dalam makanan/minuman, tinja, jabah atau kumbang (Alphitobius diaperinus) dan termakan oleh ayam.

DIAGNOSA LABORATORIUM DAN DIAGNOSA BANDING

  • Fluorescent Antibody Test
  • Agar Gel Precipitation Test
  • Pada pemeriksaan histopatologi alat tubuh tersangka akan ditemukan infiltrasi sel-sel limfosit kecil dan sel plasma yang bersifat basofilik. Pada sitoplasma didapatkan vacuola dan inti yang bagian-bagiannya tidak jelas. Ditemukan juga intanuclear inclusion body.
  • Isolasi dan identifikasi virus
Penyakit marek sering dikelirukan dengan leukosis limfoid TBC pada ayam.

PENGENDALIAN PENYAKIT

1.      Pengobatan
Tidak ada obat yang dapat menyembuhkannya. Ayam sakit tidak produktif untuk dipelihara.

2.      Pencegahan
  1. Pilih anak ayam petelur dari breeder yang telah melakukan vaksinasi marek pada DOC (anak ayamnya). Vaksin Delvax Marek THV dapat dipergunakan dengan dosis 0,2 ml. Vaksin disuntikkan ke dalam otot paha pada DOC sebelum dikeluarkan dari breeder.
  2. Memberantas kumbang pemindah penyakit.